Proyek Fotografi
homeland, beliefs, personal God(s)
By Henrycus Napitsunargo
19 Juni – 3 Juli 2011
Pembukaan/Artist Talk
Minggu, 19 Juni 2011 | Pkl. 16.00 WIB
P L A T F O R M 3
Jln. Cigadung Raya Barat No.2
Bandung
mail.platform3@gmail.com
https://infoplatform3.wordpress.com
022 825 22 652
Proyek ini berfokus pada permasalahan identitas kaum Tionghoa-Indonesia. Permasalahan ini tercermin dari simbol-simbol ataupun kebiasaan yang mencoba beradaptasi dan memaklumi antara ajaran agama dengan budaya Tionghoa itu sendiri, hingga kemudian menjadi sebuah bentukan baru yang unik. Asimilasi yang terjadi pun bisa berkesan harmoni ataupun sekedar eklektik. Namun keduanya tetap menjadi warna dari representasi kehadiran sebuah budaya yang mencoba beradaptasi dan membaur.
(Henrycus Napitsunargo)
Henrycus Napitsunargo memotret ruang-ruang pribadi dan ruang-ruang publik. Di dalamnya terdapat percampuran tanda-tanda. Tanda-tanda mengenai tanah air, leluhur, kepercayaan, dan ketuhanan.
Henrycus memfokuskan proyeknya pada salah satu etnis yang terkenal karena budaya diasporanya, juga etnis yang lama mengalami diskriminasi di Nusantara: Tionghoa-Indonesia. Satu hal dalam kebudayaan diaspora adalah keinginan mempertahankan tradisi warisan leluhur dalam keadaan berjarak dengan tanah asal, dalam lingkungan budaya yang berbeda-beda. Menyangkut agama, hal ini merujuk pada sistem kepercayaan yang telah lebih dulu ada dibandingkan dengan agama-agama yang resmi diakui di Indonesia.
Mengamati foto-foto Henrycus, kita dapat melihat tanda yang berbeda-beda bersanding. Persandingan ini hasil dari negosiasi. Negosiasi yang melibatkan keyakinan pribadi dan sistem kepercayaan yang diatur secara sosial, bahkan juga politis.
Eng
Henrycus Napitsunargo photographing private rooms and public spaces. There are mixing of the signs. The signs on the homeland, ancestral, trust and divinity. His project focuses on one ethnic is famous for its culture, ethnicity also long suffered discrimination in the archipelago: Chinese-Indonesian. One thing in the diaspora is the desire to maintain cultural heritage of tradition in a state away with the homeland, in a cultural environment that is different. Regarding religion, it refers to the belief system that has more then other religions are officially recognized in Indonesia.
Looking to his works, we can see different signs of juxtaposing, which is the result of negotiations. Negotiations involving the personal conviction and belief systems which are dealt with social, even political.
Works detailed and Opening 19 June 2011