FOCUS No.2 Pemuda Setempat

PLATFORM 3, Focus No. 2

10480582_891277227552927_4408119285974185091_o

Pemuda Setempat

“Pecundang Malam Minggu”

 21 Juni – 20 Juli 201

Pembukaan: Sabtu 21 Juni 2014. Pukul 18.00 WIB. perform oleh Konstipasi dan Eddfagg

Berzine Bareng – Workshop oleh Cucukrowo Mekgejin
28 Juni 2014 pk. 15.00

Cucukrowo Mekgejin, sebuah zine fisik independen asal Bandung akan berbagi kiat-kiat menyusun sajian cerita segar, miring, dan menyehatkan. Pada kesempatan ini juga akan dirilis Cucukrowo vol. 18, 19, dan 20. Workshop terbuka bagi siapa saja, dengan biaya Rp1.500,00 (seribu lima ratus) u/ paket workshop dan konsumsi.
CP: Sandy 0857 4591 0919

Artist Listen
5 Juli 2014 pk. 15.00
Selain mengeluarkan pernyataan atau statement, tentunya seniman harus juga menjadi pendengar yang baik. Kami ingin mendengar pendapat anda tentang kelompok Pemuda Setempat dan proyek Pecundang Malam Minggu. Hadiri sesi Artist Listen pada 5 Juli 2014 untuk memberi suara. Kritik / Saran / Keluhan / Cobaan diterima dengan lapang dada.

Kuiz
21 Juni 2014 – 5 Juli 2014
Pemuda Setempat akan mengadakan kuiz. Kuiz akan dibuka pada pembukaan pameran, Sabtu, 21 Juni 2014 dengan pengumuman pertanyaan.
Peserta dengan jawaban terbaik akan diumumkan sebagai pemenang pada sesi Artist Listen, Sabtu, 5 Juli 2014. Cobalah peruntunganmu dan menangkan hadiah-hadiah unik dan menarik dengan mengikuti kuiz ini.

 

PLATFORM 3 dengan bangga mempersembahkan pameran dari Pemuda Setempat – “Pecundang Malam Minggu” dalam program FOCUS No.2.

Pemuda Setempat merupakan sebuah kelompok seni rupa yang dibentuk pada akhir tahun 2012. Mereka memulainya dengan menyelenggarakan sebuah pameran sebagai sebuah showcase sekaligus sarana pernyataan yang sederhana lewat karya-karya yang sengaja dibebaskan arahnya. Keseluruhannya muncul sebagai kumpulan ungkapan individu yang terbentuk dari dinamika antara kungkungan akademik dengan cita-cita ekspresi pribadi yang murni dan naif—seperti linduran nakal anak-anak manis sekolahan.

Pada Mei 2013, diinisiasi pameran bersama mereka yang kedua, “Menghajat Seni”, dengan mengundang beberapa seniman muda dari luar kelompok yang dianggap memiliki semangat serupa, seperti Tonsa Rrroch, Iwan Adhi Suryo, serta Bonggal Hutagalung. Semenjak itu, kelompok Pemuda Setempat dikenal sebagai salah satu pergerakan seni rupa oleh orang-orang muda yang mencoba menghadirkan semangat alternatif dalam praktik berkeseniannya—yang kasual dan luwes, namun kritis dan cenderung sardonic sekaligus apathetic.

10446715_890644970949486_8096126967309499138_n

Pandangan ini mereka lanjutkan dalam inkarnasi pameran mereka yang ketiga, yaitu Pecundang Malam Minggu. Judul tersebut merupakan sebuah bentuk peminjaman majas aptronim—yaitu jabaran sifat atau pekerjaan, bagi apa yang dianggap oleh kelompok ini sebagai kondisi orang muda kebanyakan dalam masa dan gaya hidup sekarang. Pameran ini menampilkan instalasi ruang dari sebuah rumah imajiner yang teracak komposisinya, dengan jejak sisa-sisa kejadian yang tercecer sebagai akibat dari satu jalan narasi abstrak pada suatu malam minggu.

Narasi ini dibangun dengan bertolak dari utopia kita yang universal terhadap kegiatan ekstra pada akhir minggu dan malam minggu. Ideal dalam diri kita tentang berekreasi, bersenang-senang, atau beristirahat menjadi perwujudan bagi mimpi-mimpi kecil tentang keberadaan kita. Keaslian dan keberadaan diri yang hadir secara lebih melalui kegiatan pada waktu luang menjadi kunci pemahaman bagi pameran ini, di mana obsesi dan hasrat-hasrat ditubuhkan melalui benda-benda yang berhubungan langsung dengan keinginan kita untuk menjadi kita sendiri. Dalam proyek pameran ini, Pemuda setempat juga mengundang tiga seniman tamu untuk berpartisipasi: Bonggal Hutagalung, Bandu Darmawan serta Fajar Abadi.

10457687_890874627593187_8013046415048484878_o

Pemuda Setempat

Pemuda setempat merupakan sebuah kolektif seni rupa yang dibentuk oleh beberapa seniman dan penulis muda di Bandung pada tahun 2012. Semenjak dibentuk mereka cukup aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pameran independen. Pemuda Setempat terdiri dari : Alfredo Tohonan (L. 1990), Argya Dhyaksa (L. 1991), Averoes (1990), Irvan Aulia (L. 1990), Muhammad Vilhamy (L. 1990), Puja Anindita (L.1990), Sandy Adithia (L. 1991), Satria Prabhawa (L. 1991), Valery Marsiano (L. 1991), Yacobus Ari (l. 1991), Yeremia Martin (1991), Yosefa Aulia (L. 1991).

Pemuda Setempat mengusung kelokalan yang apa adanya, seperti percakapan sehari-hari, candaan, dan hal-hal keseharian yang terkait dari pengalaman anggotanya.

Pemuda Setempat menyatakan dirinya sebagai salah satu pergerakan seni rupa oleh orang-orang muda yang mencoba mengusung semangat alternatif dalam praktik berkeseniannya—yang kasual dan luwes, namun kritis dan cenderung sardonic sekaligus apathetic.

10479175_890874570926526_6920284246005519955_o

English

Pecundang malam minggu*

Saturday Night is a faraway yet also a near drawn point.

Everything is buzzing, in silence, or making up, or getting ready, or protracted, the quantity of time is accelerating, yet also stopping and moving rearwards at the same time. Possessions and reach: rationale occupies a different world where dream is the most directly encountered thing. Bodily desires, ideal obsessions, quests, recreation, affirmation, are being provided with a vast norm of time on which a moment of interlude is universally provided.

Pecundang Malam Minggu is a dream about introversion, not of social afiliations and honor, but of self appraisal and awareness. When oneself becomes the other. An awareness about deepest desires emerging from shallowest influences, and of shallowest desires emerging from deepest influences. This exhibition is a form of proclaimer and outpour of loser-ness. Pecundang Malam Minggu is a strand of encounter with the absurdity of the outside world. This juncture—on its introverted side, always return us to the pool of personal influence without caring how tumultuous it is outside.

Pemuda Setempat in our Focus No. 2 showcases site-specific works with transformative factors on personal absorbance and desire, and also personal influence and action measures in which we do to accomplish it: our personal drive.

In the event of someone saying “we’ll see who will have the last laugh”, unbeknown to us, we are sometimes the one who are laughing about ourselves. This is Pecundang Malam Minggu.

*Pecundang Malam Minggu: translates roughly to saturday night losers—the ones without decent or appreciated activity that they do on saturday night(s). e.g. : slackers spending time alone without romantic partner.

BIO

Pemuda Setempat is an art collective founded by several young artists and writers in 2012 in Bandung. Ever since its formation, the group has been actively practicing in contemporary art with independent exhibition events. Pemuda Setempat are: Alfredo Tohonan (b. 1990), Argya Dhyaksa (b. 1991), Averoes (b. 1990), Muhammad Vilhamy (b.1990), Puja Anindita (b.1991), Sandy Adithia (b. 1991), Satria Prabhawa (b. 1991), Valery Marsiano (b.1991), Yacobus Ari (b. 1991), Yeremia Martin (b.1991), and Yosefa Aulia (b.1991)

They carry a spirit of localness as what it is, garnering influences from such as daily conversations and catchphrases, jokes, and everyday experiences of its members.

They also proclaim themselves as one of the younger movements who try to convey an alternative spirit in their practice—which is casual and adaptable, yet critical and also tend to be sardonic and apathetic at the same time.

Detailed Bio

Alfredo Tohonan

Alfredo Tohonan lahir di Jakarta, 2 Juli 1990 dan kini masih mengenyam pendidikan Kriya Keramik. Sudah pasti karya-karya Alfredo menggunakan teknik keramik, yang biasanya dibuat dengan pendekatan yang “mentah”, yakni menggunakan tanah earthenware yang dibentuk menjadi obyek-obyek berukuran relatif besar dan tidak diglasir. Beberapa pameran yang diikutinya antara lain “Kriya Adalah” (2011) di Galeri Padi, Mini Art Project “15 x 15 x 15: Kolosal” (2014) di Galeri Soemardja.

Instagram: alfredotohonan

Argya Dhyaksa

Argya Dhyaksa lahir di Jakarta 5 Agustus 1991, kini menetap dan memiliki studio keramik di Bandung. Karya-karya keramiknya menampilkan bentuk-bentuk imajiner yang bergaya seperti doodle atau sketsa, yang ia warnai dengan campuran-campuran glasir eksperimental. Ciri khas pada karya Argya adalah perpaduan antara subyek dalam karyanya dengan judul yang selalu menggunakan permainan kata—menghasilkan kesan absurd yang mengaburkan hubungan benda dengan maknanya. Pameran yang diikuti Argya antara lain “Sail Komodo” (2013) di Nusa Tenggara Barat, “Kriya Adalah” (2011), dan akan menjalani program residensi dari Jakarta Contemporary Ceramics Biennale pada tahun ini.

Instagram: sikgya

blog: sigya.tumblr.com

Averoes

Seniman kelahiran 26 September 1990, Averoes aktif di dunia maya dan banyak menggarap karya-karya dua dimensional seperti lukisan, cetak grafis, drawing, dan kolase—seringkali menggabungkan kesemua unsur tersebut menjadi komposisi dengan unsur formal yang kuat. Karya-karya Averoes umumnya berbentuk abstrak dan banyak menyadur citraan dari media massa, seperti guntingan majalah fashion dan foto-foto lansekap yang bercampur dengan corak lukisnya yang khas. Beberapa pameran yang ia ikuti di antaranya: Pameran Seni Grafis “Self Metaphor” (2011) di Galeri Padi, dan sebagai seniman undangan pada Pameran “How To Draw” di Gedung PGN, Bandung, pada April 2014 silam.

Instagram: averaus

blog: averaus.blogspot.com

Irvan Aulia

Lahir pada 7 Desember 1990, Irvan Aulia merupakan seorang seniman dan filmmaker. Aktif berkarya dengan medium drawing dan seni video yang mempertanyakan tentang konsep authorship dan spiritualitas dalam kehidupan, ia telah beberapa kali memproduksi karya seni yang menggunakan sinema sebagai medium seperti “Whispering Box” (2013) dan “Rekreasi Penciptaan” (2014). Pengalaman berpamerannya antara lain adalah “Aroma Kengerian” (2011) di Galeri Kita, serta “Self Metaphor” (2012).

blog: retorika-monolog.blogspot.com

Muhammad Vilhamy

Muhammad Vilhamy lahir di Surabaya, 7 November 1990, telah aktif berpameran di dalam dan luar negeri semenjak mahasiswa, diantaranya 5th International Miniature Print Biennale (2014) di Ottawa Art School, Canada; Jogja Miniprint Biennale (2014), dan SpotArt Singapura (2013). Ide-idenya dalam berkarya muncul dari pengalaman pribadinya dengan ibunya, perantauan, hubungan kekerabatannya dengan teman-temannya di FSRD ITB, serta responnya terhadap referensi literatur, ataupun estetis dan sejarah seni rupa yang ia dapat selama kuliah. Vilhamy dalam berkarya banyak menggunakan medium cat air, etsa, image transfer, serta teknik-teknik grafis sederhana seperti huruf gosok.

Instagram: vilhamy

blog: mataberambutilham.blogspot.com

Puja Anindita

Seniman dan penulis kelahiran 17 Mei 1991, Puja Anindita menetap di Bandung dan aktif berkarya serta mengorganisir pameran. Pada tahun 2013 – 2014, ia melakukan studi khusus terhadap kehidupan Sanento Yuliman yang dalam jangka panjang direncanakan untuk menjadi buku. Beberapa pameran yang dikuratori olehnya antara lain “Pameran Seni Eksperimental ITB” (2012) di ITB, dan Pameran drawing “Utopia” (2014).

Sandy Adithia

Sandy Adithia lahir di Jakarta, 5 Juli 1991, merupakan penulis muda yang memiliki minat pada studi sejarah klasik, sejarah seni rupa, dan cerita fiksi amatir. Setelah berpindah dari studinya di seni lukis, ia aktif mengorganisir pameran, antara lain “Autotaksonomi” (2011) di Galeri Kita, “Menghajat Seni” (2013). Sebelumnya ia aktif sebagai ketua asosiasi mahasiswa seni lukis ITB, dan bergabung di tim penulis / kurator Pemuda Setempat sejak 2013.

Blog: kelanadaungurnya.blogspot.com

Satria Prabhawa

Satria Prabhawa lahir di Jakarta, 16 Desember 1991. Kini masih tercatat sebagai mahasiswa Studio Intermedia FSRD ITB. Karya-karyanya banyak menggunakan mekanika animatronik serta efek visual video yang ia dalami secara otodidak. Program-program yang ia gunakan juga untuk menggarap karya-karyanya juga dipelajari lewat tutorial di internet dan diolah menjadi bentuk-bentuk karya nyeleneh, persilangan antara teknologi dengan budaya kitsch. Seperti karya Warteg Digital (2011) yang menyerupai mesin penjual otomatis (vending machine) namun menjajakan sayur sop dan tahu serta ayam goreng. Sejumlah pameran ia ikuti adalah “A(R/C)T” (2012) di Galeri Padi, serta kolaborasi dengan Poklong Anading dalam pameran “Copy Select All” (2013) di Selasar Soenaryo.

Instagram: satboysatboy

blog: satboy.tumblr.com

Valery Marsiano

Valery Marsiano berasal dari Jakarta dan kini masih tercatat sebagai mahasiswa Desain Produk FSRD ITB. Valery Marsiano gemar bereksplorasi secara esoteris menggunakan material yang mengarah ke media baru, seperti permainan suara dan cahaya. Dalam karier desainernya ia juga dengan menghasilkan produk-produk seperti lava lamp, dan modul-modul suara yang ia gunakan dalam eksperimentasi bermusiknya.

Instagram: vlrymrsciano

Yacobus Ari

Penulis dan kurator, lahir 26 September 1991, aktif mengkuratori pameran seni rupa sejak tahun 2012 dan memiliki minat khusus terhadap studi seni rupa kontemporer serta karya-karya eksperimental. Pengalamannya antara lain adalah sebagai penulis dan asisten seniman pada pameran Poklong Anading “Copy Select All” (2013) di Selasar Soenaryo, kurator “Pameran Seni Eksperimental ITB” (2012), dan merupakan kurator Kelompok Pemuda Setempat semenjak inkarnasi awalnya pada tahun 2012.

Instagram: arirespati

Yeremia Martin

Yeremia Martin lahir 30 Maret 1991, adalah seniman yang gemar membuat assemblage dari benda-benda keseharian yang ia temukan dan koleksi. Seringkali benda-benda tersebut dipecah unsur-unsurnya dan kemudian digabungkan dan disusun kembali menjadi bentuk-bentuk absurd dalam jumlah yang banyak. Metode ini terbentuk dari kebiasaannya untuk mengumpulkan benda-benda yang menjadi penanda bagi setiap rentang waktu yang ia lalui dan jejak orang-orang yang ia temui. Pengalaman berpameran Yeremia antara lain “Menghajat Seni” (2013) di Galeri Kamones, serta Pameran eksperimental “Sambung Jaya” di Gang Sekeloa, Bandung.

Instagram: tidurdikelas

blog: danmenelankanan.blogspot.com

Yosefa Aulia

Yosefa Aulia, lahir 31 Maret 1991 di Palembang, banyak berkarya lewat medium tiga dimensional dan unsur teks. Ia mempermainkan unsur-unsur keseharian, batas-batas pribadi—publik dan kepemilikan, serta fenomena budaya pop / kehidupan urban. Yosefa banyak terinspirasi oleh seniman-seniman YBA (Young British Artists) seperti Rachel Whiteread dan Gillian Wearing. Yosefa merupakan finalis kompetisi seni rupa kontemporer BaCAA #3 (2013) dan terlibat dalam Pameran Mini Art Project dua tahunan “15 x 15 x 15” pada tahun 2010 dan 2014.

instagram: gugursepatu

SENIMAN TAMU

Bonggal Hutagalung

Bonggal Hutagalung (lahir 1988), adalah seniman keramik kelahiran Yogyakarta yang bermukim dan berkarya di Bandung. Ciri khasnya adalah karya-karya keramik yang ekspresif dan berksesan kasar atau raw, yang seringkali digabungkan dengan berbagai macam benda menjadi semacam assemblage.

Pameran tunggalnya di galeri Hidayat pada tahun 2013 menampilkan karya keramik dengan tambahan / tempelan obyek-obyek acak seperti kepala shower, foto, tombol papan ketik yang dipreteli dan membentuk teks, salib, dan lain-lain. Eksperimentasi Bonggal tidak lepas dari cara “bermain-main”-nya dalam berkarya, yang mengolah perpaduan kebiasaan dan juga slang atau catchphrase dan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Kesemuanya pada akhirnya membentuk kumpulan benda-benda acak yang bersilangan antara makna fungsionalnya di kehidupan nyata dengan imajinasi nyeleneh dan sardonik. Ia juga merupakan salah satu dari finalis anugerah Soemardja Awards tahun 2013 dan akan berpartisipasi dalam program residensi Jakarta Contemporary Ceramics Biennale 2014.

blog: anjingkuda.blogspot.com

portfolio: flickr.com/bonggal

Bandu Darmawan

Bandu Darmawan (lahir 1989) adalah seniman muda yang tidak lepas dari disiplin seni media baru yang ditekuninya sejak lama. Pada tahun 2012, Bandu menampilkan robot buatannya yang kemudian diproyeksikan video pada permukaannya. Ciri khas Bandu adalah dalam penggunaan materi-materi yang “terlupakan” seperti, televisi lama, radio tape, kamera analog, atau konsol video game lama, yang kemudian ia olah dan gabungkan dengan teknologi yang dia pelajari secara otodidak.

Instagram: bandudas

Fajar Abadi

Fajar Abadi (lahir 1985) merupakan seniman yang dikenal dengan karya-karya performance-nya. Pemenang Soemardja Awards kategori alumni tahun 2013, seringkali Fajar menampilkan karya yang berkisar pada tema makanan dan masakan. Fajar memiliki pendekatan berkarya yang mengandalkan interaksi sesama atau publik, karya-karya Fajar tidaklah berfokus pada hasil jadi produk karyanya, namun terhadap respon dan partisipasi dari khalayak sebagai medium seni yang interaktif.

Pada karya “Kueh Senyum” (2010) ia mempersilakan pengunjung untuk membeli kue yang ia masak langsung di tempat, dengan memberikan imbalan senyuman. Proses ini diabadikan dalam foto dan video. Ada pula performance Fajar yang mengajak ibunya sendiri terlibat dalam duel masak-memasak bersamanya. Ia dikenal sangat aktif dalam medan seni rupa Bandung dan pada tahun 2014 ini ia mengadakan pameran tunggalnya di Galeri ROH Projects, Jakarta.

Instagram: fajarabadi

OPENING SCENES

 

 

 

Works

 

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s